Analisis Semiotika Dalam Foto Gempa Bumi dan Tsunami Aceh
Abstrak
Fotografi dalam sebuah peristiwa atau kejadian di dalam kehidupan seseorang merupakan suatu saksi hidup yang bisa dikenang kembali baik peristiwa yang menyenangkan ataupun peristiwa yang menyedihkan. Bencana alam gempa bumi dan Tsunami Aceh adalah salah satu peristiwa yang menggemparkan dunia dimana bencana besar ini terjadi di 5 negara salah satunya Indonesia, banyaknya korban jiwa dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, di dokumentasikan salah satunya dengan hasil karya fotografi berbentuk foto-foto. Tujuan penelitian ini adalah menemukan makna dibalik foto-foto yang diabadikan oleh fotografer. penelitian ini menggunakan teori Semiotika Ronald Barthes guna membedah menggunakan sistem denotasi, konotasi dan mitos. metode penelitian yaitu pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa betapa dahsyatnya peristiwa gempa bumi dan tsunami Aceh ditahun 2004.
Pendahuluan
Aceh merupakan salah satu kota besar dari provinsi Nangroe Aceh Darussalam, sebuah provinsi dari Indonesia. Pada tahun 2004 tepatnya tanggal 26 Desember hari Minggu pukul 07:58 WIB terjadi gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia. Guncangan gempa bumi tersebut berskala 9,1-9,3 dalam skala hectar. Gaya bumi Megathrust, gempa bumi bawah laut terjadi ketika lempeng Hindia didorong ke bawah oleh lempeng burma. Gelombang tsunami ini menewaskan sekitar 227,898 orang di 14 negara. Indonesia, Sri langka, India, Thailand, Somalia dan Maladewa adalah negara paling terkena dampaknya.
Gempa bumi ini merupakan gempa bumi terkuat yang pernah tercatat di Asia dan gempa bumi terkuat ketiga yang pernah tercatat di dunia sejak tahun 1900, setelah gempa bumi Valdivia 1960 dan gempa bumi Alaska 1964. Gempa ini merupakan patahan terpanjang antara 1200km hingga 1300km ( 720 mil hingga 780 mil ) dan memiliki durasi guncangan terlama yang pernah diamati setidaknya 10 menit.
Bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh ini memporak porandakan sebagian besar wilayah Aceh dari perkotaan, pedesaan, pesisir pantai dan tempat - tempat ibadah, sehingga Aceh menjadi tempat lapang yang luas karena bangunan-bangunan yang tersapu air. Selain korban jiwa, tsunami Aceh juga memberikan dampak dibeberapa sektor. ketika itu, semua masyarakat Aceh larut dalam suasana duka dan kehilangan harapan.
Ada 3 langkah penanggulangan bencana alam gempa bumi dan tsunami yaitu :
1. Tahap darurat
2. Tahap rehabilitasi
3. Tahap rekonstruksi
dengan menelan dana lebih dari 10 trilyun rupiah yang berjalan selama 5 tahun. pemerintah taat itu membentuk lembaga khusus untuk melayani bencana di Aceh yaitu Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR)
Rumusan Masalah pada penelitian ini yaitu Analisis semiotika pada foto terjadinya bencana alam gempa bumi tsunami di Aceh, Tujuan dari penelitian artikel ilmiah ini untuk menganalisis dan menggambarkan dahsyat peristiwa gempa bumidan tsunami Aceh pada saat terjadi ditahun 2004.
Metode penelitian ini melakukan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Creswell (2014), penelitian kualitatif deskriptif digunakan peneliti yang tertarik pada proses pemaknaan, pemahaman yang diambil dari kata-kata atau gambar. Dalam menganalisis makna yang terkandung dalam fotografi gempa bumi dan tsunami Aceh menggunakan teori semiotika Roland Barthes sebagai pisau bedah. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Teori semiotika Roland Barthes merupakan pengembangan dari teori Saussure yang mengatakan semiotika dibagi menjadi dua bagian penanda (signifier) dan petanda (signified). Barthes lalu melanjutkan dengan mengembangkan teori tersebut yang dikenal dengan istilah two order of signification (denotasi, konotasi) dan mitos. Pengumpulan data ini menggunakan tehnik observasi. tehnik observasi dilakukan dengan car mengamati langsung foto-foto gempa bumi dan tsunami Aceh.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini :
1. Mengidentifikasi Denotasi pada foto gempa bumi dan tsunami Aceh.
2. Identifikasi penanda dan petanda tahap dua ( konotasi ).
3. Mengidentifikasi mitos.
4. Membuat kesimpulan.
• KERANGKA TEORITIK SEMIOTIKA
Semiotika berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanda (Pradopo, 1998). Semiotika merupakan ilmu tentang tanda (Tinarbuko, 2003). Bermula dari bidang bahasa, cabang ilmu semiotika berkembang ke bidang seni dan juga desain. Ide dasar semiotika adalah pesan dan kode (Mudjiyanto & Nur, 2013).
Semiotika merupakan ilmu yang membahas tentang tanda juga masih terlalu luas sebab ada beberapa tokoh pemikir semiotika seperti: Ferdinand de Saussure, Charles Sanders Peirce, Hjelmslev, Umberto Eco dan Roland Barthes (Pradoko, 2015). Setiap teori semiotika dari beberapa tokoh memiliki konsep yang berbeda (Zikrillah, & Sa'dudin, 2009).
• Semiotika Roland Barthes
Salah satu tokoh pemikir semiotika yaitu Roland Barthes. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Hal tersebut dapat dibuktikan dari teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure (Haryono & Dedi, 2017). Teori Saussure yang mengatakan semiotika dibagi menjadi dua bagian penanda (signifier) dan petanda (signified). Roland Barthes lalu melanjutkan dengan mengembangkan teori tersebut yang dikenal denotasi, konotasi dan mitos.
1. Signifier ( penanda )
2. Signified ( petanda )
3. Denotative Sign ( Tanda Denotatif )
4. Conotative Signifier ( Penanda Konotatif )
5. Conotative Signified ( Petanda Konotatif )
6. Conotative Sign ( Tanda Konotatif )
Denotasi adalah makna harfiah atau makna sebenarnya merupakan makna yang ditangkap oleh pancaindra manusia. Konotasi merupakan tingkatan kedua yang memunculkan makna implisit atau makna tidak pasti yang banyak dikaitkan dengan psikologis, perasaan, keyakinan. Mitos merupakan bahasa atau makna yang muncul berbeda-beda akibat pengaruh kehidupan sosial budaya dan pandangan yang ada di sekitarnya. (Dewi, & Riris,2020)
Foto Gempa Bumi dan Tsunami Aceh
Pada prinsipnya foto-foto yang diambil merupakan suatu gambar yang menunjukkan terjadinya peristiwa dan tsunami Aceh. Foto adalah media yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi sehingga dapat menjadi pengetahuan dan informasi bagi audiens serta menyampaikan pesan kepada pembaca.
Hasil dan pembahasan deskripsi karya / foto :
1. Foto Masjid Raya Aceh 
Denotasi : Foto diatas menampilkan suatu keajaiban dimana bangunan masjid terbesar di Aceh tetap berdiri kokoh sementara bangunan-bangunan yang ada disekitar masjid hancur lebur tersapu oleh gempa bumi dan tsunami Aceh.
Konotasi : Dari tampilan foto tersebut menggambarkan kekuasaan Allah SWT tetap memelihara tempat ibadah umat Islam.
Mitos : Terjadinya banyak kemaksiatan atau perbuatan yang buruk yang terjadi di wilayah tersebut sebelum terjadinya bencana.
2. Foto kapal tersangkut diatap rumah di desa lampulo, Kecamatan Kula Alam, Banda Aceh
Denotasi : Gambar kapal laut tersangkut diatas rumah penduduk merupakan gambaran betapa dahsyatnya sapuan air tsunami sehingga bisa menggerakkan sebuah kapal yang besar bergerak dari lautan ke daratan dan tersangkut diatap rumah penduduk.
Konotasi : Foto tersebut menampilkan makna dari bencana alam gempa bumi dan tsunami Aceh yang berkekuatan sangat besar sehingga dapat menghancurkan dan menggerakkan benda yang berat sekalipun, hal itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia.
Mitos : Terjadinya banyak kemaksiatan atau perbuatan yang buruk yang terjadi di wilayah tersebut sebelum terjadinya bencana.
3. Foto hancurnya sebuah desa oleh gempa bumi dan tsunami aceh
Denotasi : Foto diatas menampilkan sebuah wilayah yang padat penduduk (perkotaan) berubah menjadi sebuah tanah lapang akibat dari sapuan tsunami Aceh.
Konotasi : Foto tersebut menunjukkan tingginya air tsunami yang mengalir menuju perkotaan sehingga dapat menyapu seluruh bangunan dan makhluk hidup yang ada perkotaan tersebut.
Mitos : Terjadinya banyak kemaksiatan atau perbuatan yang buruk yang terjadi di wilayah tersebut sebelum terjadinya bencana.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis elemen-elemen visual dalam foto-foto bencana alam gempa bumi dan tsunami Aceh dengan menggunakan pendekatan Semiotika Ronald Barthes, menyimpulkan bahwa elemen-elemen visual yang terdapat dalam foto-foto tersebut mampu menggambarkan sebuah peristiwa bencana alam gempa bumi dan tsunami Aceh yang berkekuatan besar yang menggemparkan dunia di tahun 2004 dengan menelan korban jiwa yang besar.
Comments
Post a Comment