Review Jurnal Fotografi
1. FOTOGRAFI TAK LAGI SEKEDAR ALAT KOMUNIKASI. Oleh: Arif Ardy Wibowo
Fotografi mulai dikembangkan pada awal Abad ke 19. Tujuan awal fotografi adalah membantu proses pembuatan karya seni lukis. Prinsip dasar fotografi adalah cahaya, alat optik, dan media perekam. Foto dapat berfungsi sebagai bukti ilmiah, bernilai berita, dokumen, karya seni, dan arsip kehidupan. Foto juga merupakan alat visual yang kongkret karena dapat memvisualisasikan sesuatu yang direkam dengan lebih realistis dan akurat. Karya foto merupakan rekaman visual atas benda, hal, kejadian atau peristiwa melalui teknik fotografi. Karya foto selain memberi informasi yang cermat, otentik, juga memiliki nilai dokumenter yang tinggi.
Fotografi merupakan media seni yang memiliki kelebihan tersendiri dibanding media seni lainnya. Foto dapat kita gunakan untuk membuat sesuatu yang tadinya biasa saja menjadi sebuah karya visual yang berbeda dan menarik. Layaknya cabang seni lainnya, fotografi juga memperhatikan berbagai hal seperti aspek teknis dan dukungan perlatan, yang juga diperkaya dengan adanya ekspresi, makna, dan fungsi.
Bidikan dalam aktivitas memotret merupakan sebuah proses perekaman objek yang ada di sekitar fotografer untuk menghasilkan karya visual yang menarik. Menurut Ajidarma (2002:1) teknologi fotografi memang dilahirkan untuk memburu objek, karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan tingkat presisi yang tinggi .
Dalam foto yang mempunyai nilai seni, terdapat beberapa aspek yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Aspek-asepek itu antara lain sebagai berikut:
A. Aspek Ide
Proses mencipta suatu benda melalui pikiran, dan melaksanakannya melalui proses sehingga masyarakat dapat menikmati dan mungkin memanfaatkannya. Ekspresi yang muncul akibat adanya rangsangan dari luar dan ilham dari dalam menciptakan suatu keunikan sendiri. Keunikan ekspresi pribadi itulah yang disebut kreativitas. Dalam aspek ide, rangsangan dapat berasal dari mana saja, baik dari buku, televisi, internet juga segala hal yang ada di lingkungan sehari-hari.
B. Aspek Teknik
Aspek teknik yang ada pada fotografi
adalah eksposur. Teknik dasar ini yang telah digunakan dalam dunia fotografi di mana saja dan oleh fotografer siapa saja. Peterson (2010:16) menjelaskan secara sederhana bahwa eksposur merupakan kombinasi dari tiga faktor penting, yaitu aperture (diagfragma), shutter speed (kecepatan rana) dan ISO (sensitivitas media penyimpan). Kombinasi yang tepat dan sesuai kebutuhan dari ketiga elemen ini akan menentukan kualitas foto yang dihasilkan. Salah satu contoh situasi yang cukup sulit untuk dihadapi adalah malam hari. Pemilihan aperture, shutter speed dan ISO menjadi sangat krusial untuk menghasilkan gambar yang tajam namun tidak berpasir meski tanpa menggunakan tripod.
C. Aspek Pesan
Krages (2005:229) menjelaskan
bahwa sangat penting mempunyai tujuan dalam fotografi, meskipun tidak terlalu penting untuk diucapkan. Memikirkan visual sangat berbeda dengan memikirkan kata. Kadang tanpa diucapkan, visual dapat terlihat jelas dan pasti. Aspek pesan ini yang menjadi pelengkap dari 2 aspek sebelumnya, yaitu aspek ide dan aspek teknik.
Simpulan
Fotografi merupakan media seni yang memiliki kelebihan tersendiri dibanding media seni lainnya. Media seni yang menghasilkan karya dari bidikan yang mampu menghasilkan karya visual yang menarik hasil ekspresi kreatif diri dengan hasil karya yang bermakna tertentu.
Sebuah karya foto merupakan karya seni yang menampilkan gambar dengan landasan gagasan/pikiran dari beberapa aspek yang saling terkait, seperti pada aspek ide yang mengajarkan fotografer dapat jeli melihat gejala-gejala sekitarnya dan menjadikanya ide dalam berkaryanya, dengan mengunakan aspek teknik yang membuat fotografer dapat memperhitungkan aperture, shutter speed dan ISO dalam membidik suatu objek. Ide yang dituangkan melalui teknik yang tepat dapat memperlihatkan dengan jelas mengenai kandungan pesan yang ingin disampakain
LITERATUR REVIEW JURNAL 1
Judul jurnal “ Fotografi tak lagi sekedar alat dokumentasi “ ditulis oleh Arif Ardy Wibowo,
Mahasiswa Pancasarjana Penciptaan dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Jurnal ini dibuat dengan memaparkan sejarah ditemukannya fotografi pada sekitar abad 19 yang berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi, yang digunakan pada awalnya untuk membantu dalam pembuatan karya seni rupa khususnya seni lukis yang kemudian berkembang menjadi sebuah media ekspresi seni. Jurnal ini menerangkan bahwa sebuah fotografi mengandung 3 aspek yang penting yaitu : aspek ide, aspek teknik dan aspek pesan. Tanpa ada ketiganya foto yang dihasilkan hanya akan berakhir sebagai hasil dokumentasi saja.
Fakta-fakta yang diambil di jurnal ini adalah untuk menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi dan indah diperlukan pengetahuan mengenai estetik konsep ekspresi, pengetahuan bahan dan teknik. Hal itu bisa dibuat salah satunya dengan menggunakan teknologi canggih. Foto dapat berfungsi sebagai bukti ilmiah, bernilai berita, kebakaran, dokumen, karya seni dan arsip kehidupan.
Kesimpulan dari jurnal diatas adalah
Seni fotografi sebagai sebagai sebuah ekspresi seni yang berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi dan indah yang berfungsi sebagai bukti ilmiah, dokumen, arsip kehidupan, dan karya seni
2. KOMPOSISI DALAM SENI FOTOGRAFI.
Oleh: Yekti Herlina
Fotografi merupakan sebuah media yang digunakan untuk mendokumentasikan suatu momen penting. Melalui sebuah foto, keindahan kenangan tidak akan lekang oleh zaman dan tidak pernah hapus dari ingatan. Menikmati hasil foto yang baik (menarik) memang
mengasyikkan. Akan tetapi, untuk meng- hasilkan tentu memerlukan perencanaan dan konsep yang baik. Untuk menjadi foto yang enak dilihat, diperlukan faktor penunjang. Faktor penunjang tersebut diantara- nya komposisi, pencahayaan, ketajaman (jika memang diperlukan karena terkadang ada beberapa bagian foto yang memang tidak perlu terlihat tajam), dan ketepatan momen.
Komposisi
Komposisi adalah rangkaian elemen gambar dalam suatu ruang/format. Dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Pemilihan komposisi merupakan pilihan pribadi fotografer. Foto yg baik tidak cukup hanya tajam gambarnya, tetapi juga tepat pen- cahayaannya dalam bidang gambar dengan komposisi yang baik pula.
Penempatan subyek
1. Aturan sepertiga (rule of thirds)
Kualitas komposisi yang kuat adalah kesederhanaan dan tidak perlu banyak memasukan obyek yang tidak ada hubungannya. Pilihlah suatu objek yang menjadi pusat perhatian, sedangkain lainnya hanya merupakan pendukung dan tidak mengalihkan perhatian mata dari objek utamannya.
Penempatan objek utama dalam gambar sangat penting untuk mendapatkan komposisi yang baik. Patung dan monument dapat ditempatkan di pusat gambar, tetapi pada umumnya komposisi yang lebih menarik dihasilkan jika subyek utama ditempatkan tidak dipusat gambar.
2. Diagram irisan emas
Diagram ini menunjukkan bagaima suatu irisanemas dibentuk. mula-mula dibuat suatu bujur sangkar.
3. Diagram susunan diagonal
Jika dihadapkan dengan suatu kelompok subjek, sering kali fotografer tidak bisa memilih satu subjek sebagai sasaran bidik (menjadi subjek utama). Dalam keadaan seperti ini, sulit menyusun komposisi menurut aturan sepertiga atau irisan emas. Untuk mengatasi kesulitan yang akan dihadapi dikomposisi disusun menurut susunan diagonal. Perlu diperhatikan bahwa untuk mendapatkan susunan diagonal yang menarik, fotografer harus berada pada posisi lebih tinggi dari subjek.
4. Garis
Garis merupakan elemen desain gambar tertua. Garis yang penting adalah garis yang membentuk tepi bingkai gambar karena garis ini yang mengisolasi bidang gambar yang terekam dari seluruh adegan. Garis penting lainnya adalah garis yang membimbing mata ke pusat perhatian gambar, seperti jalan, pagar, tepi pantai, atau garis pembimbing tersamar. Sering kali juga digunakan garis pembimbing berbentuk lengkung, seperit huruf S dan C, untuk menimbulkan kesan manis. Garis horizontal menimbulkan kesan stabil atau tenang, sedangkan garis vertikal dapat menunjukkan suatu gerakan. Hindarkan garis utama yang yang membagi bidang sama besar atau membimbing mata keluar bingkai gambar.
5. Kedalaman
Untuk menambahkan kesan tiga dimensi dalam gambar dua dimensi, diperlukan suatu kedalaman atau perspektif yang akan menimbulkan ilusi jarak dengan menciptakan ruang yang tidak ada dalam bidang gambar. Hal ini dapat melambangkan dengan garis garis yang bertambah sempit dari jalan raya/rel kereta api, objek-objek yang bertautan, perbedaan ukuran dengan objek jauh terlihat lebih kecil daripada objek yang dekat perspektif aerial dangan objek yang jauh terlihat kurang kontras, dan menempatkan objek yang gelap di latar depan.
6. Keseimbangan
Dalam sebuah foto diperlukan keseimbangan visual. keseimbangan formal dihasilkan jika objek dengan ukuran/berat visual sama ditempatkan disetiap sisi gambar atau objek utama berada di pusat gambar. Namun, dalam fotografi sering kali digunakan keseimbangan non formal untuk mendapatkan keseimbangan visual. Misalnya, digunakan dua objek yang lebih kecil untuk mengimbangi sebuah objek yang besar.
7. Irama
Satu komposisi yang baik mempunyai kesatuan.
Hal ini dapat diperkuat dengan suatu irama yang berbentuk pengulangan garis, tekstur, bentuk, dan warna dalam gambar, seperti pola jendela bangunan, teras sawah dan gelombang lautan. Namun, pola-pola ini sendiri umumnya tidak akan menghasilkan gambar yang menarik sehingga diperlukan satu pusat perhatian. Sebagai contoh, satu jendela dengan tirai berwarna, seorang petani disawah, dan perahu di tengah lautan akan menjadi pusat perhatian. Selanjutnya dapat diberi tekanan dengan warna kontras, arah penyinaran, bentuk dan tekstur.
8. Latar Belakang
Dalam mengambil gambar perlu diperhatikan saat memilih latar belakang, latar belakang yang ramai akan merusak gambar. Sedikit menggeser ke kiri/kanan akan mengatasi masalah tersebut.
Selain dengan mengubah sudut pengambilan latar belakang yang menggangu dapat dihindari dengan mendekati subyek utama sehingga subyek akan memenuhi bidang gambar. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan penajaman selektif atau membuat objek utama menjadi tajam dengan latar belakang yang kabur. Penyinaran dari belakang/ samping juga akan membantu secara visual memisahkan subjek dari latar belakang yang menganggu. Langit, rumput, air, dan pasir ideal untuk dijadikan latar belakang.
9. Format
Setiap kamera memiliki ukuran dan bentuk format yang berbeda-beda, tetapi secara garis besar hanya terdapat dua macam format yaitu persegi (rectangle) dan bujur sangkar (square).
Format persegi sendiri terdiri dari dua, yaitu persegi mendatar dikenal dengan format horizontal atau lanksap dan format persegi tegak dikenal dengan format vertikal dan portrait. Masing-masing format memiliki kekuatan dan kelemahan. Format horizontal merupakan format yang dinamis karena mata akan bergerak melihat dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Hal ini menyebabkan kekuataan yang lebih besar bertumpu pada garisnya cakrawala (horizon) maka kekuataan gambar adalah kekuataan mendatar. Dengan demikian format ini sangat cocok untuk menggambarkan luasnya padangan, bentang alam, ruang, bangunan, atau subyek berkarakter lebar.
Pada format persegi tegak, mata bergerak ke arah vertikal dari atas kebawah sehingga kekuataan yang lebih besar bertumpu pada arah vertikal. Kekuatan gambar adalah kekuataan tegak yang menghantarkan kesan tegar, kokoh dan tinggi maka format ini sangat cocok untuk menggambarkan ketinggian atau subjek yang menjulang tinggi. Keuntungan lainnya adalah ruang horizon yang lebih sempit mengakibatkan ketegangan pandangan (stres) yang memaksa padangan bertumpu (jatuh lebih kuat) pada subjek sehingga efektif akan mendapatkan pandangan secara utuh.
Umumnya, lebih banyak memotret secara hori- zontal, sesuai, dengan cara mata melihat dan memegang kamera. Namun, beberapa gambar akan lebih menarik jika diambil secara vertikal. Jika subjek memiliki garis-garis vertikal yang dominan sebaiknya diambil dengan format vertikal sehingga subjek dapat memenuhi bingkai gambar. bertumpu (jatuh lebih kuat) pada subjek sehingga efektif akan mendapatkan pandangan secara utuh.
Berikut ini kiat-kiat untuk menciptakan kom- posisi dalam seni fotografi dengan framing yang kuat.
1. Setelah menentukan posisi subjek, dipilih background yang tidak merusak/menganggu komposisi dalam membuat potret.
2. Untuk menghindari beckground atau foreground yang menganggu terkadang hanya perlu menggeserkan sudut/posisi kamera sedikit saja.
3. Untuk lanskap, perlu diperhatikan penempatan garis horizon dan meyakinkan rata/pararel dengan pinggiran horizontal pembidik kamera sebaiknya, anda juga memakai tripod.
4. Setelah itu, perhatikan seluruh bidang foto, apakah ada detail yang menggangu, seperti perdu atau dahan yang mencuri masuk, sampah yang ada di antara rumput atau bebatuan atau warna daun yang mencolok dan menggangu keharmonisan komposisi. Segera bersihkan sebelum menjepret.
5. Sebelum menentukan komposis final, cobalah dahulu berbagai sudut padang untuk mendapatkan komposisi yang terkuat.
6. Jika ada unsur lain yang mampu memperkuat komposisi foto, tunggulah saat yang paling tepat untuk menjepret. Tentu saja setelah melakukan langkah-langkah diatas.
7. Jika memotret lanskap dengan tripod, selalu men- jepret dengan mode mirror-up dan memakai cable release (kabel pelepas rana) untuk menghindari vibrasi terutama pada rana berkecepatan rendah agar selalu mendapatkan foto yang super tajam.
SIMPULAN
Tidak ada prinsip komposisi yang pasti. Pada keadaan tertentu, melanggar prinsip tersebut menghasilkan dampak yang berbeda. Untuk bisa mempelajari semua teori tentang komposisi, diperlukan rangkaikan elemen-elemen gambar sesuai cita rasa. Kualitas komposisi yang kuat adalah kesederhanaan dan tidak perlu banyak memasukan obyek yang tidak ada hubungannya. Pilihlah suatu objek yang menjadi pusat perhatian, sedangkain lainnya hanya merupakan pendukung dan tidak mengalihkan perhatian mata dari objek utamannya. Pada umumnya komposisi yang lebih menarik dihasilkan jika subyek utama ditempatkan tidak dipusat gambar.
Perlu diperhatikan bahwa untuk mendapatkan susunan diagonal yang menarik, fotografer harus berada pada posisi lebih tinggi dari subjek. Untuk melakukan sedikit perbaikkan komposisi, lakukanlah cropping disaat pemotretan dengan subjek utama memenuhi bingkai gambar.
Format horizontal merupakan format yang dinamis karena mata akan bergerak melihat dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Jika subjek memiliki garis-garis vertikal yang dominan sebaiknya diambil dengan format vertikal sehingga subjek dapat memenuhi bingkai gambar.
Tanpa kemampuan teknis fotografi yang baik dan komposisi dengan framing yang kuat, sebuah objek yang sangat menarik bisa jadi akan tampil biasa atau tidak menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang diperlukan sebab terkadang suatu objek menjadi hilang keistimewaannya ketika ditampilkan dalam nuansa underex posure atau bahkan extreme overexposure.
Memang terasa begitu besar dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Jadi komposisi merupakan salah satu cara bagaimana fotografer mengekspresikan dirinya.
LITERATUR REVIEW JURNAL 2
Judul jurnal “Komposisi dalam seni fotografi” ditulis oleh Yekti Herlina
Jurnal ini dibuat oleh penulisnya dengan mendeskripsikan sebuah materi tentang fotografi yang menitikberatkan pada komposisi seni fotografi. Dengan komposisi yang baik, foto akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak yang lebih kuat. Pemilihan komposisi merupakan pilihan pribadi fotografer, karena setiap fotografer bisa mengatur komposisi sebuat foto menurut pandangan terbaiknya.
Jurnal ini menjelaskan cara penempatan subjek yang terdiri dari :
1. Aturan seperti (rule of thirds)
2. Diagram irisan emas
3. Diagram susunan diagonal
4. Garis
5. Kedalaman
6. Keseimbangan
7. Irama
8. Latar belakang
9. Format
Jurnal ini juga menerangkan tentang kiat kiat untuk menciptakan komposisi dalam seni fotografi dengan framing yang kuat seperti :
1. Background
2. Menggeser sudut atau posisi sedikit saja
3. Memperhatikan penempatan garis horizon
4. Memperhatikan seluruh bidang foto
5. Sudut pandang untuk mendapatkan komposisi yang kuat
6. Waktu pengambilan gambar
7. Jika memotret landscape dengan tripod selalu menjepret dengan mode mirorr-app dan memakan cabel release
Kesimpulan : Seni fotografi yang memiliki komposisi yang baik dapat menghasilkan foto-foto lebih efektif yang menampilkan sebuah pesan pembuatnya. Seorang fotografer mengatur komposisi sebuah foto dengan menempatkan aturan-aturan penempatan subjek dan menciptakan komposisi seni fotografi dengan framing yang kuat.
3. PERANAN WARNA DALAM KARYA FOTOGRAFI. Oleh Agnes Paulina Gunawan
METODE
Artikel disusun sebagai hasil penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literatur berdasarkan pengumpulan data melalui bukuyang berisi teori warna dalam fotografi dan sumber dari internet mengenai teori fotografi yang berkaitan dengan materi pembahasan. Serta dari hasil dan proses diskusi dari praktisi fotografi dan desain.
Warna sebagai bagian dalam karya Fotografi
Di zaman fotografi yang sudah serba digital ini aspek warna dalam sebuah karya fotografi sangatlah berpengaruh besar, terutama dalam kondisi umum bahwa masyarakat sekarang lebih terbiasa dengan fotografi berwarna dibandingkan dengan saat jaman tehnik fotografi masih memakai film hitam putih.
Dengan keberadaan suatu aspek warna, sebuah karya fotografi bisa memiliki suatu komposisi, bisa juga suatu objek menjadi suatu objek utama yang lebih menonjol dibanding warna yang lainnya dalam foto tersebut. Dalam suatu komposisi fotografi, warna bisa menjadi daya tarik atau fokus utama bila dikolaborasikan dengan elemen lain dalam karya foto, bisa juga karena keberadaan suatu warna, suatu karya foto bisa memiliki suatu tema atau menciptakan suatu mood tertentu. Warna merupakan salah satu elemen penting dalam fotografi, warna sangat berpengaruh pada respon visual manusia, serta dapat menstimulus rasa. Warna juga dapat menimbulkan rangsangan emosi, sehingga masing-masing pribadi bisa mengemukakan perasaan yang berbeda-beda dalam mengomentari suatu warna. Warna juga menjadi sering menjadi simbolisasi atau digunakan untuk melambangkan suatu maksud, atau mengidentifikasi sesuatu.
Teori Sir Isaac Newton
Dalam teori yang dikenal melalui percobaan ilmiah dari Sir Isaac Newton, disebutkan bahwa cahayalah sumber dari warna. Sedangkan cahaya yang murni itu dalam teori disebutkan berwarna putih. Dari cahaya putih inilah, Sir Isaac Newton melakukan percobaan ilmiah dengan memakai sebuah prisma kaca. Melalui prisma kaca tersebut beliau menyinarkan seberkas cahaya putih melalui prisma tersebut, dan hasilnya adalah cahaya putih tersebut diteruskan oleh prisma itu dalam bentuk spektrum warna-warna yang terbagi menjadi warna: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, serta gradasi diantaranya. Setelah cahaya tadi terpecah menjadi spektrum warna, Sir Isaac Newton memakai prisma kaca yang kedua untuk dilalui cahaya tadi dan hasilnya adalah cahaya tersebut menjadi putih lagi. Dari percobaan tersebut Sir Isaac Newton yakin bahwa warna terkandung dalam cahaya putih tadi dan bukan pada prisma kacanya, dan mengambil kesimpulan bahwa apa yang manusia lihat sebagai cahaya sebenarnya adalah kumpulan gelombang spektrum cahaya. Prisma yang dipakai dengan Sir Isaac Newton memisahkan cahaya tersebut melalui proses pembiasan yang membengkokkan gelombang cahaya tadi dalam sudut yang berbeda-beda yang membuat spektrum tadi terlihat dalam warna-warna yang berbeda. Spektrum cahaya yang tampak oleh mata adalah berkisar 400 nm-700 nm. Jika frekuensinya lebih rendah maka termasuk infra merah yang tak tertangkap oleh mata dan frekuensi lebih tinggi dihasilkan ultraviolet yang juga tak nampak oleh mata. Maka hasil foto infra merah pada dasarnya bukan warna infra merah sebenarnya, tetapi hanya gambaran efek yang ditimbulkan dari sinar infra merah. Warna dengan panjang gelombang pendek (frekuensi tinggi) adalah warna merah, jingga, kuning, lebih cenderung merupakan golongan warna hangat atau warm color. Sedangkan warna dengan panjang gelombang pendek (frekuensi rendah) adalah warna biru, yang merupakan golongan warna dingin atau cool color.
Teori Thomas Young
Menurut Thomas Young, cahaya berpindah dan mengalir dalam bentuk gelombang yang memiliki frekuensi dan panjang yang spesifik. Dan dari Thomas Young inilah muncul teori bahwa mata manusia hanya sensitif pada tiga gelombang cahaya yaitu merah (red), hijau (green), biru (blue). Ketiga spektrum cahaya ini dikenal sebagai warna utama dan ketiga spektrum warna tersebut akan bercampur membentuk cahaya-cahaya warna yang lain. Dan dengan jumlah yang sama bila ketiga cahaya warna RGB tadi digabungkan, akan terbentuk cahaya berwarna putih. Disebutkan dalam teori bahwa warna yang dilihat oleh manusia sebenarnya bukan merupakan warna yang asli atau pure dari spektrum warna namun merupakan gabungan dari tiga spektrum warna dasar ini.
Berdasarkan teori Thomas Young yang disempurnakan dengan teori dari ilmuwan Jerman bernama Hermann Helmholtz, cahaya warna merah, hijau dan biru yang dihasilkan oleh spektrum cahaya itu disebut sebagai warna addictive. Penggabungan warna addictive dengan porsi yang seimbang, menghasilkan cahaya berwarna putih. Dari tiga warna cahaya ini bisa dikreasikan warna- warna cahaya yang lain, dengan mengkombinasikan ketiga warna tadi dalam porsi yang berbeda-beda. Sedangkan warna subtractive adalah warna komplementer dari warna cahaya additive yang terdiri dari warna cyan, magenta, yellow, seperti yang tergambar pada lingkaran cahaya di gambar 6 pada gambar itu terlihat perpotongan cahaya green dan blue menghasilkan cahaya berwarna cyan. Sedangkan perpotongan warna green dan red menghasilkan warna yellow, dan perpotongan warna red dan blue menghasilkan warna magenta.
Warna Dalam Karya Fotografi
Dalam fotografi warna dalam sebuah foto bisa dihasilkan dari beberapa cara, yaitu dengan menggunakan filter yang akan merubah seluruh nuansa warna. Cara lainnya dengan menggunakan warna pada cahaya yang digunakan saat pemotretan, atau dengan menggunakan warna-warna pada fisik dari objek yang akan difoto untuk membentuk suatu komposisi. Filter adalah aksesoris kamera yang berupa lapisan kaca, gelatin, atau bahan lain yang digunakan untuk memodifikasi spektrum cahaya.
Aspek negatif dari penggunaan filter adalah terjadinya kemungkinan diperlukan peningkatan
eksposure yang disebabkan oleh pengurangan cahaya yang ditransmisikan, misalnya dengan menggunakan filter merah, pengukuran yang biasanya sudah normal, harus ditambah cahayanya untuk mendapatkan eksposure yang normal.
Karakter suatu filter akan meneruskan warna yang sejenis, tapi akan menahan atau memblokir warna yang berbeda. Untuk istilah filter yang dapat mengubah atau mengkoreksi warna tadi disebut dengan Color Correction Filter (Koreksi Warna), penggunaan utamanya adalah untuk mengkompensasi efek dari pencahayaan yang memiliki temperatur warna yang tidak seimbang. Filter ini semakin jarang digunakan di era fotografi digital, karena masalah keseimbangan warna sering ditangani oleh perangkat lunak dalam proses pasca produksi, atau dengan pengaturan kamera ketika pengambilan gambar, atau yang lebih sering disebut pengaturan white balance. Selain untuk mengkoreksi warna, filter bisa juga dipakai untuk karya foto hitam putih untuk menambah kontras suatu foto, yang biasanya disebut Contrast Enhancement (peningkatan kontras), filter ini umum digunakan dalam fotografi hitam putih untuk memanipulasi kontras.
Teori Tentang Warna sebagai Pigmen
Berbeda dengan warna yang dihasilkan oleh spektrum cahaya,warna pigmen atau warna kimiawi adalah warna yang sudah terdapat pada fisik suatu benda. Warna materi adalah warna pigmen yang dimiliki sebuah benda dan memberikan ciri warna. Pigmentasi pada benda tidak menghasilkan cahaya melainkan bergantung sumber cahaya sekitarnya untuk terlihat mata sebagai suatu warna. Berdasarkan pigmentasi yang terdapat dalam fisik benda itulah maka bila sebuah cahaya dengan karakter berwarna menyinari benda tersebut, maka hasil pantulan cahayanya menghasilkan warna yang berbeda pigmen dengan benda awalnya.
Klasifikasi warna pigmen digolongkan dalam beberapa tingkatan, yaitu: warna primer, warna sekunder dan warna tersier. Warna primer merupakan warna dasar yang menghasilkan turunan warna dari hasil kombinasinya. Warna dasar ini, terdiri dari warna Merah (Red), Kuning (Yellow) dan Biru (Blue). Dalam hal ini berbeda dengan warna addictive Merah (Red), Hijau (Green), dan Biru (Blue). Dalam teori ini, warna turunan dari hasil pencampuran warna primer disebut warna sekunder. Warna sekunder merupakan campuran dua warna primer, sebagai contoh: Warna merah dengan kuning menghasilkan warna oren atau jingga. Warna kuning dengan biru menghasilkan warna hijau. Sedangkan pencampuran warna biru dengan merah menghasilkan warna ungu. Sementara warna tersier merupakan gabungan warna sekunder dengan warna primer.
Karakter Warna
Dalam fotografi dikenal tiga kategori warna, yaitu warna yang hangat (warm), warna yang dingin (cool) dan warna yang netral. Warna dingin (cool color) merupakan warna yang memberi kesan kesejukan, kedamaian maupun ketenangan, contoh dari warna-warna tersebut, misalnya biru, hijau dan ungu. Warna biru contohnya warna langit siang hari ketika cerah, sedangkan hijau lebih identik dengan warna hijau daun. Warna hangat (warm color) merupakan warna-warna yang memberikan kesan hangat, cenderung panas, contohnya matahari saat sore menjelang tenggelam (sunset). Warna- warna yang muncul diantaranya merah, magenta, oren dan kuning yang memberi kesan kehangatan. Sedangkan warna netral terdiri dari warna putih, hitam, abu-abu.
Tiap warna mampu memberikan kesan atau bisa membentuk kesan. Mungkin untuk menampilkan keagungan, kemewahan, kesejukan, kesedihan, maupan kegembiraan sebagai deskripsi terbatas terhadap kesan yang ditampilkan oleh warna. Warna juga memberi gambaran suasana yang berhubungan dengan rasa, juga menjadi simbol yang digunakan untuk menginterpretasikan makna dalam sebuah karya foto untuk mendukung fotografer menyampaikan ide dan niatnya dalam karya foto. Dalam fotografi, warna menjadi elemen penting, karena keberadaan warna adalah sebagai rangsangan visual yang dilakukan oleh mata dan otak dari interaksi objek dan sumber cahaya. Warna bisa berfungsi memisahkan dan membedakan elemen dalam foto, warna juga memberi keindahan, menarik perhatian, serta berperan penting dalam penyampaian pesan. Disitulah warna membentuk komunikasi psikis.
Hubungan warna dan exposure
Intensitas cahaya yang menerangi sebuah benda mempengaruhi tingkat eksposur, yaitu seberapa besar bukaan diafragma dan rana yang digunakan. Warna permukaan benda yang diterangi cahaya bisa mempengaruhi perhitungan eksposur. Warna putih akan memantulkan warna sedangkan warna hitam menyerap warna. Permukaan benda yang gelap akan menyerap banyak sinar yang datang, sedangkan permukaan benda yang terang akan memantulkan sinar yang datang. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya overexpose parsial atau terlalu terang disekitar pengukuran foto dengan objek berwarna gelap ketika cahaya mengenai lingkungan dimana banyak area tidak sama terang.
SIMPULAN
Dengan memahami teori tentang warna seorang fotografer pasti dapat mengatasi dan menguasai semua kondisi saat pemotretan karya foto berlangsung. Untuk menciptakan nuansa baru untuk mendukung tema foto, untuk mengatasi keadaan yang tidak sesuai karena keberadaan cahaya yang tidak tepat, sehingga fotografer dengan tehnik dan teori dapat mengatasi semua kondisi yang berhubungan dengan warna baik pemotretan dalam studio maupun luar studio. warna seorang fotografer pasti dapat mengatasi dan menguasai semua kondisi saat pemotretan karya foto berlangsung. Untuk menciptakan nuansa baru untuk mendukung tema foto, untuk mengatasi keadaan yang tidak sesuai karena keberadaan cahaya yang tidak tepat, sehingga fotografer dengan tehnik dan teori dapat mengatasi semua kondisi yang berhubungan dengan warna baik pemotretan dalam studio maupun luar studio.
Kesimpulan dari ke3 jurnal yang saya pilih tentang fotografi adalah jurnal 1 dan 2 penulis menampilkan jurnal dengan cara deskripsi, sedangkan pada jurnal ke3 penulis menampilkan jurnal dengan cara penelitian kualitatif. Dimana menampilkan judul yang berbeda-beda, ke3 jurnal tersebut menurut saya dalam pemaparan dan penulisannya sangat bagus dan dapat dimengerti oleh pembaca, serta isi dari jurnal-jurnal tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya mengenai seni fotografi. Sehingga pembaca yang menyukai bidang seni fotografi dapat menerapkannya ketika membuat hasil karya seni fotografi berupa foto yang indah dah bagus.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/article/download/8847/5796
https://nirmana.petra.ac.id/index.php/dkv/article/download/17676/17587
https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/download/3397/2778
Comments
Post a Comment